Published On: 01/10/2023By Categories: Berita, Berita UtamaViews: 373

MAN 1 Darussalam (Humas). Hari Kesaktian Pancasila momentum bagi seluruh warga yang berada diwilayah Negara Nesatuan Republik Indonesia untuk merefleksi kembali apakah Pancasil ini sudah benar-benar kita maknai dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari atau hanya sebuah nama saja.

Pancasila lahir dari sebuah history yang sangat panjang dan perjuangan yang sangat berat, lahir dari keberagamaan yang mendasari Pancasila membuat Indonesia dapat melalui berbagai rintangan. Lalu bagaimana sejarah Pancasila di Tanah Air? Pancasila dimulai pada sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sidang BPUPKI pertama tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 1945.

Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang mempersatukan kemajemukan Indonesia akan sangat bergantung pada kemauan serta kemampuan dari setiap anggota masyarakat untuk mengamalkan Pancasila itu sendiri secara konsekuen dan konsisten dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.

1 Oktober yang kita peringati menjadi Hari Kesaktian Pancasila, mengacu pada peristiwa 1 Oktober 1965. Seperti kita ketahui bahwa pada tanggal 30 September 1965 terjadi insiden penculikan para jendral TNI. Insiden ini masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya.

Pancasila sebagai suatu ideologi, tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, namun mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, mengandung cita-cita dan nilai-nilai dasar yang bersifat tetap dan tidak berubah. Eksplisitasi Pancasila dilakukan dengan menghadapkannya dengan berbagai masalah baru melalui proses refleksi yang rasional, dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Dengan demikian, penjabaran ideologi Pancasila harus dilaksanakan melalui proses interpretasi yang kritis.

About the Author: Andri Wicahyono